Minggu, 09 September 2018

KEWAJIBAN DAN BATASAN MENUTUP AURAT




Bila kita lihat kehidupan masyarakat di sekitar, banyak kita temui kaum hawa keluar dari tempat tinggalnya dengan tidak mengenakan jilbab, atau bahkan juga menggunakan rok mini yang mengumbar aurat mereka, begitupun golongan pria, banyak diantara mereka tidak menutup aurat. Anehnya, kondisi itu dipandang biasa, tidak dipandang satu kemaksiatan yang harus di ingkari. Seolah menutup aurat bukan satu keharusan serta buka aurat bukan satu dosa. Bahkan juga demikian sebaliknya, kadang orang yang menutup auratnya di anggap aneh serta asing. Beginilah kenyataan yang aneh di zaman sekarang. Mengapa demikian? Jawabnya, karena jauhnya mereka dari agama Islam hingga mereka tidak memahami apa yang menjadi keharusan, termasuk juga keharusan menutup aurat. Oleh kerena itu, pada saat ini, kami akan coba mengulas mengenai keharusan menutup aurat,

PENGERTIAN AURAT DAN KEWAJIBAN MENUTUPNYA.

Aurat ialah satu angggota tubuh yang tidak bisa di tampakkan serta di tunjukkan oleh lelaki atau wanita pada orang yang lain. [Lihat al-Mausû’ah al Fiqhiyah al Kuwaitiyah, 31/44]
Menutup aurat hukumnya wajib seperti persetujuan beberapa ulama, berdasar pada firman Allâh Azza wa Jalla:

وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا ۖ وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَىٰ جُيُوبِهِنَّ ۖ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا لِبُعُولَتِهِنَّ أَوْ آبَائِهِنَّ أَوْ آبَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ أَبْنَائِهِنَّ أَوْ أَبْنَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي أَخَوَاتِهِنَّ أَوْ نِسَائِهِنَّ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُنَّ أَوِ التَّابِعِينَ غَيْرِ أُولِي الْإِرْبَةِ مِنَ الرِّجَالِ أَوِ الطِّفْلِ الَّذِينَ لَمْ يَظْهَرُوا عَلَىٰ عَوْرَاتِ النِّسَاءِ ۖ وَلَا يَضْرِبْنَ بِأَرْجُلِهِنَّ لِيُعْلَمَ مَا يُخْفِينَ مِنْ زِينَتِهِنَّ ۚ وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Katakanlah pada laki–laki yang beriman, “Hendaklah mereka meredam pandanganya, serta pelihara kemaluannya; yang demikian itu ialah lebih suci buat mereka, sebenarnya Allâh maha mengetahui apakah yang mereka lakukan.” Katakanlah pada wanita yang beriman, “Hendaklah mereka meredam pandangannya, serta pelihara kemaluannya, serta jangan sampai mereka memperlihatkan perhiasannya, terkecuali yang (biasa) terlihat dari padanya. Serta sebaiknya mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, serta jangan sampai memperlihatkan perhiasannya, terkecuali pada suami mereka, atau bapak mereka, atau bapak suami mereka, atau putera–putera mereka, atau putera–putera suami mereka, atau saudara-saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara wanita mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka punya, atau pelayan-pelayan lelaki yang tidak memiliki kemauan (pada wanita) atau anak-anak yang belumlah memahami mengenai aurat wanita. Serta jangan sampai mereka memukulkan kakinya supaya di ketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Serta bertaubatlah kamu sekalipun pada Allâh, wahai beberapa orang yang beriman agar kamu mujur (beruntung).” [an-Nûr/24:31]

Serta Allâh Azza wa Jalla juga berfirman :

يَا بَنِي آدَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا ۚ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ

Wahai anak adam, gunakanlah pakaianmu yang indah di setiap memasuki mesjid, makan serta minumlah, serta janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allâh tidak suka pada beberapa orang yang terlalu berlebih. [al-A’râf/7:31]

Karena turunnya ayat ini seperti yang di katakan dalam Shahîh Muslim dari Ibnu Abbâs Radhiyallahu anhuma, beliau berkata:

كَانَتْ الْمَرْأَةُ تَطُوفُ بِالْبَيْتِ وَهِيَ عُرْيَانَةٌ … فَنَزَلَتْ هَذِهِ الْآيَةُ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ

Dulu beberapa wanita tawaf di Ka’bah tiada kenakan baju … lalu Allâh turunkan ayat :

يَا بَنِي آدَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ

Hai anak adam, gunakanlah pakaianmu yang indah di tiap-tiap (masuk) masjid…[HR. Muslim, no. 3028]

Bahkan juga Allâh Azza wa Jalla memerintah pada istri-istri nabi serta wanita beriman untuk tutup aurat mereka seperti firman-Nya :

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ۚ ذَٰلِكَ أَدْنَىٰ أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ ۗ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا

Wahai Nabi, katakanlah pada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu serta isteri-isteri orang Mukmin, “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke semua badan mereka!” Yang demikian itu agar mereka lebih gampang untuk diketahui, karenanya mereka tidak di ganggu, serta Allâh ialah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. [al-Ahzâb/33:59]

Dengan tutup aurat, hati seseorang terbangun dari kejelekan. Allâh Azza wa Jalla berfrman :

وَإِذَا سَأَلْتُمُوهُنَّ مَتَاعًا فَاسْأَلُوهُنَّ مِنْ وَرَاءِ حِجَابٍ ۚ ذَٰلِكُمْ أَطْهَرُ لِقُلُوبِكُمْ وَقُلُوبِهِنَّ

Jika kamu memohon suatu (kepentingan) pada mereka (istri-istri nabi), karena itu mintalah dari belakang tabir. Langkah yang demikian itu lebih suci buat hatimu serta hati mereka. [Al-Ahzâb/33:53]

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam sempat menyapa Asma binti Abu Bakar Radhiyallahu anhuma saat beliau hadir ke rumah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan kenakan baju yang agak tipis. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga memalingkan mukanya sekalian berkata :

يَا أَسْمَاءُ إِنَّ الْمَرْأَةَ إِذَا بَلَغَتِ الْمَحِيضَ لَمْ يَصْلُحْ أَنْ يُرَى مِنْهَا إِلَّا هَذَا وَهَذَا

Wahai Asma ! Sebenarnya wanita bila telah baligh karena itu tidak bisa terlihat dari anggota badannya terkecuali ini serta ini (beliau menyaratkan ke muka serta telapak tangan). [HR. Abu Dâwud, no. 4104 serta al-Baihaqi, no. 3218. Hadist ini di shahihkan oleh syaikh al-Albâni rahimahullah]

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sempat juga didatangi oleh seorang yang bertanya tentang aurat yang perlu di tutup serta yang bisa di tampakkan, karena itu beliau juga menjawab :

احْفَظْ عَوْرَتَكَ إلَّا مِنْ زَوْجِكَ أَوْ مَا مَلَكَتْ يَمِينُكَ.

Jaga auratmu terkecuali pada (pandangan) istrimu atau budak yang kamu punya. [HR. Abu Dâwud, no.4017; Tirmidzi, no. 2794; Nasa’i dalam kitabnya Sunan al-Kubrâ, no. 8923; Ibnu Mâjah, no. 1920. Hadist ini dihasankan oleh Syaikh al-Albâni]

Wanita yang tidak tutup auratnya di ancam akan tidak mencium berbau surga. Seperti yang di riwayatkan oleh Abu Hurairah Radhiyallahu anhu beliau berkata :

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا، قَوْمٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ الْبَقَرِ يَضْرِبُونَ بِهَا النَّاسَ، وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مَائِلَاتٌ مُمِيلَاتٌ رُءُوسُهُنَّ كَأَمْثَالِ أَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ، لَا يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلَا يَجِدْنَ رِيحَهَا، وَإِنَّ رِيحَهَا لَتُوجَدُ مِنْ مَسِيْرةٍ كَذَا وَكَذَا

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ada dua kelompok dari masyarakat neraka yang tidak pernah saya lihat: pertama ialah, Satu golongan yang mempunyai cambuk seperti ekor sapi untuk memukul manusia serta yang kedua ialah beberapa wanita yang kenakan pakaian tetapi telanjang, berpaling dari ketaatan serta mengajak yang lain untuk mengikuti mereka, dan kepala mereka seperti punuk unta yang miring. Wanita semacam itu tidak akan masuk surga serta tidak akan mencium baunya, meskipun baunya tercium saat perjalanan.” [HR. Muslim, no. 2128]

Dalam kisah lainnya Abu Hurairah menuturkan. sebenarnya aroma Surga dapat di cium dari jarak 500 tahun. [HR. Malik dari kisah Yahya Al-Laisiy, no. 1626]




Serta diharamkan juga seorang lelaki melihat aurat lelaki yang lain, atau wanita lihat aurat wanita yang lain, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

لاَ يَنْظُرُ الرَّجُلُ إِلَى عَوْرَةِ الرَّجُلِ، وَلاَ الْمَرْأَةُ إِلَى عَوْرَةِ الْمَرْأَةِ، وَلاَ يُفْضِي الرَّجُلُ إِلَى الرَّجُلِ فِي الثَّوْبِ الْوَا حِدِ، وَلاَ تُفْضِي الْمَرْأَةُ إِلَى الْمَرْأَةَ فِي الثَّوْبِ الْوَحِدِ

“Jangan sampai seseorang lelaki lihat aurat lelaki (yang lain), serta jangan sampai juga seseorang wanita lihat aurat wanita (yang lain). Seseorang pria tidak bisa bersama dengan pria lainnya pada sebuah kain, serta tidak bisa juga seseorang wanita bersama dengan wanita yang lain pada sebuah kain.” [HR. Muslim, no. 338 serta yang lainnya]

Demikian pentingngnya mengawasi aurat dalam agama Islam. Hingga seorang di perbolehkan melempar dengan kerikil terhadap orang yang berupaya lihat atau melihat aurat keluarganya di tempat tinggalnya, seperti sabda Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

لَوْ اطَّلَعَ فِي بَيْتِكَ أَحَدٌ وَلَمْ تَأْذَنْ لَهُ خَذَفْتَهُ بِحَصَاةٍ فَفَقَأْتَ عَيْنَهُ مَا كَانَ عَلَيْكَ مِنْ جُنَاحٍ

“Bila ada orang yang berupaya lihat (aurat keluargamu) di rumahmu serta kamu tidak mengizinkannya lalu kamu melemparnya dengan kerikil hingga membutakan matanya karena itu tidak ada dosa bagimu.” [HR. Al-Bukhâri, no. 688, serta Muslim, no. 2158]

sumber

KEWAJIBAN DAN BATASAN MENUTUP AURAT Rating: 4.5 Diposkan Oleh: R

0 komentar:

Categories

Popular Posts