وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَعِبٌ وَلَهْوٌ ۖ وَلَلدَّارُ الْآخِرَةُ خَيْرٌ لِّلَّذِينَ يَتَّقُونَ ۗ أَفَلَا تَعْقِلُونَ
“Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka, dan sungguh kampung akhirat iti lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kalian memahaminya?” (QS. Al An’am 32)
وَمَا هَٰذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَهْوٌ وَلَعِبٌ ۚ وَإِنَّ الدَّارَ الْآخِرَةَ لَهِيَ الْحَيَوَانُ ۚ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ
“Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnyanakhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahuinya.” (QS. Al Ankabut 64)
إِنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ ۚ وَإِن تُؤْمِنُوا وَتَتَّقُوا يُؤْتِكُمْ أُجُورَكُمْ وَلَا يَسْأَلْكُمْ أَمْوَالَكُمْ
“Sesungguhnya kehidupan dunia hanyalah permainan dan senda gurau. Dan jika kamu beriman dan bertakwa, Allah akan memberikan pahala kepadamu dan Dia tidak akan meminta harta-hartamu.” (QS. Muhammad 36)
اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ ۖ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا ۖ وَفِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِّنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ ۚ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ
‘Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanya permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak…” (QS. Al Hadid 20)
Ke-4 ayat diatas walau dengan redaksional tidak sama, tetapi memiliki kandungan pesan yang sama, yaitu penegasan sekalian peringatan Allah Swt pada beberapa hambanya mengenai inti kehidupan dunia supaya manusia dapat mempunyai pandangan yang jernih serta pas mengenai kehidupan dunia hingga bisa ambil sikap yang pas dalam kehidupan dunia yang hanya sekali ini.
Pada ayat pertama, Allah Swt memakai lafazh “ma”.. ”illa”, yang disebut alat pembatas (adlatul hasr) untuk membatasi inti kehidupan ini. Dalam tafsir Jalalain, kehidupan dunia dalam ayat itu tujuannya yaitu “kesibukan dunia”. Ibnu Katsir dalam tafsirnya menyebutkan “umumnya atau kebanyakannya” kehidupan manusia didunia itu tidak beda hanya main-main serta senda gurau belaka. Sedang “daarul akhirat” menurut Imam Jalalain yaitu surga yang pastinya tambah baik daripada kesenangan kehidupan dunia untuk beberapa orang yang bertakwa (yattaquun). Imam Jalalain menyebutkan pemakaian huruf “ta” dalam lafazh “ta’qiluun” sesudah huruf “ya” pada lafazh yataquun mempunyai pengertian dorongan supaya beriman ada kehidupan akhirat yang intinya tambah baik itu. pada Allah yaitu surga yang pastinya tambah baik.
Pada ayat ke-2 Allah membatasi inti kehidupan dunia dengan lafazh yang sama juga dengan “maa” …. ”illa”, cuma ada penambahan lafazh Hadzihi. Kehidupan dunia ini tidak beda adalah senda gurau serta main-main belaka. Imam Ibnu Katsir menyebutkan kalau dalam ayat ini Allah Swt menyampaikan kabar pada kita mengenai rendah serta hinanya kehidupan dunia dan sebagian maksud yang ada pada kesibukan kehidupan itu hanya sebatas kesibukan senda gurau serta permainan belaka. Kehidupan dunia itu sesaat serta ada pada akhirnya. Sekalian Allah Swt menyatakan kalau kehidupan akhirat yaitu kehidupan yang sejati serta kekal. Ayat itu ditutup dengan kalimat “lau kaanuu ya’lamuun”, bila mereka ketahuinya. Menurut Ibnu Katsir, seumpamanya mereka ketahuinya tentunya mereka lebih memprioritaskan yang abadi daripada yang sesaat ini. Kata Imam Jalalain, bila mereka ketahui, pastinya mereka akan tidak mempunyai dunia serta meninggalkan kesibukan dunia sesuai sama itu.
Pada ayat ke-3 Allah Swt memakai pembatan “innama” (hanya) untuk merendahkan masalah-urasan dunia dengan menyebutkan kalau hasil atau rangkuman sema kesibukan dunia itu tidak beda hanya permainan serta sendau gurau belaka. Imam Ibnu Katsir menyebutkan hal tersebut berlaku untuk semuanya aktivitas manusia didunia dengan kekecualian, yaitu aktivitas yang dikerjakan dalam rencana mencari keridloaan Allah Swt. Kekecualian ini terlihat dalam kelanjutan ayat itu : “Jika kalian beriman serta bertakwa, jadi Allah juga akan memberi pahala pada kalian. ” Berarti, semua kesibukan yang dibuat atas daasar keimanan –termasuk iman pada akhirat--, serta ketakwaan –sesuai dengan syari’at Allah--, serta dalam rencana mencari keridloan Allah itu tidak termasuk juga dalam kehidupan hina. Allah menyatakan kalau diri-Nya Maha Kaya, yaitu tidak memohon harta manusia sedikitpun. Dia cuma mewajibkan zakat serta menyarankan shadakoh supaya diberi pada saudara mereka yang faqir – miskin yang ini faedahnya juga juga akan kembali pada pemberi harta itu.
Sedang pada ayat ke-4 Allah Swt memakai pembatas “annamaa” (hanya) utnuk menyebutkan kerendahan serta kehinaan dunia. Kehidupan yang cuma dipenuhi dengan permainan serta senda gurau yang melalaikan belaka. Lebih terang sekali lagi Allah Swt memberikan kalau dalam kehidupan sesuai sama itu umumnya dipenuhi dengan perhiasan, bermegah-megah, serta berbangga-banggaan harta serta anak belaka. Aktivitas manusia cuma diseputar kesibukan untuk penuhi sebagian maksud itu. Mereka juga lupa kalau maksud di ciptakan manusia serta jin didunia ini hanya untuk melaksanakan ibadah, seperti firman-Nya dalam surat Adz Dzariat : 56 : “wamaa kholaqtul jinna wal insa illa liya’buduuni. ” Serta tidak Saya buat jin serta manusia tetapi untuk melaksanakan ibadah kepadaKu. Mereka lupa dalam aktivitas itu.
Lihatlah aktivitas yang berlangsung dalam semua pesta permainan olah raga level dunia seperti olimpiade umpamanya. Belum juga aktivitas terlebih dulu, serta pastinya dengan beragam kebanggaan serta keceriaan semasing tim yang diterima kehadirannya di negara semasing, merekapun sudah ancang-ancang (lakukan beragam persiapan yang tambah lebih terencana, lebih masak dengan keinginan bisa melakukan perbaikan serta peroleh prestasi yang tambah baik, supaya lebih senang sekali lagi!) untuk penuhi jadwal hari-hari selanjutnya dengan beragam aktivitas sesuai sama itu. Belum juga tim-tim permaian olah raga yang lain, yang saat ini di beberapa negara sudah terorganisir. Belum juga permainan kesenian serta hiburan, baik yang diperlombakan ataupun yang dipertontonkan (lewat festival-festival, peragaan baju, penentuan ratu sejagad, dll) lewat beragam media, media bikin, elektronik ataupun segera. Yang kesemuanya itu tidak beda hanya penuhi selera udara nafsu manusia belaka
Pada ayat pertama, Allah Swt memakai lafazh “ma”.. ”illa”, yang disebut alat pembatas (adlatul hasr) untuk membatasi inti kehidupan ini. Dalam tafsir Jalalain, kehidupan dunia dalam ayat itu tujuannya yaitu “kesibukan dunia”. Ibnu Katsir dalam tafsirnya menyebutkan “umumnya atau kebanyakannya” kehidupan manusia didunia itu tidak beda hanya main-main serta senda gurau belaka. Sedang “daarul akhirat” menurut Imam Jalalain yaitu surga yang pastinya tambah baik daripada kesenangan kehidupan dunia untuk beberapa orang yang bertakwa (yattaquun). Imam Jalalain menyebutkan pemakaian huruf “ta” dalam lafazh “ta’qiluun” sesudah huruf “ya” pada lafazh yataquun mempunyai pengertian dorongan supaya beriman ada kehidupan akhirat yang intinya tambah baik itu. pada Allah yaitu surga yang pastinya tambah baik.
Pada ayat ke-2 Allah membatasi inti kehidupan dunia dengan lafazh yang sama juga dengan “maa” …. ”illa”, cuma ada penambahan lafazh Hadzihi. Kehidupan dunia ini tidak beda adalah senda gurau serta main-main belaka. Imam Ibnu Katsir menyebutkan kalau dalam ayat ini Allah Swt menyampaikan kabar pada kita mengenai rendah serta hinanya kehidupan dunia dan sebagian maksud yang ada pada kesibukan kehidupan itu hanya sebatas kesibukan senda gurau serta permainan belaka. Kehidupan dunia itu sesaat serta ada pada akhirnya. Sekalian Allah Swt menyatakan kalau kehidupan akhirat yaitu kehidupan yang sejati serta kekal. Ayat itu ditutup dengan kalimat “lau kaanuu ya’lamuun”, bila mereka ketahuinya. Menurut Ibnu Katsir, seumpamanya mereka ketahuinya tentunya mereka lebih memprioritaskan yang abadi daripada yang sesaat ini. Kata Imam Jalalain, bila mereka ketahui, pastinya mereka akan tidak mempunyai dunia serta meninggalkan kesibukan dunia sesuai sama itu.
Pada ayat ke-3 Allah Swt memakai pembatan “innama” (hanya) untuk merendahkan masalah-urasan dunia dengan menyebutkan kalau hasil atau rangkuman sema kesibukan dunia itu tidak beda hanya permainan serta sendau gurau belaka. Imam Ibnu Katsir menyebutkan hal tersebut berlaku untuk semuanya aktivitas manusia didunia dengan kekecualian, yaitu aktivitas yang dikerjakan dalam rencana mencari keridloaan Allah Swt. Kekecualian ini terlihat dalam kelanjutan ayat itu : “Jika kalian beriman serta bertakwa, jadi Allah juga akan memberi pahala pada kalian. ” Berarti, semua kesibukan yang dibuat atas daasar keimanan –termasuk iman pada akhirat--, serta ketakwaan –sesuai dengan syari’at Allah--, serta dalam rencana mencari keridloan Allah itu tidak termasuk juga dalam kehidupan hina. Allah menyatakan kalau diri-Nya Maha Kaya, yaitu tidak memohon harta manusia sedikitpun. Dia cuma mewajibkan zakat serta menyarankan shadakoh supaya diberi pada saudara mereka yang faqir – miskin yang ini faedahnya juga juga akan kembali pada pemberi harta itu.
Sedang pada ayat ke-4 Allah Swt memakai pembatas “annamaa” (hanya) utnuk menyebutkan kerendahan serta kehinaan dunia. Kehidupan yang cuma dipenuhi dengan permainan serta senda gurau yang melalaikan belaka. Lebih terang sekali lagi Allah Swt memberikan kalau dalam kehidupan sesuai sama itu umumnya dipenuhi dengan perhiasan, bermegah-megah, serta berbangga-banggaan harta serta anak belaka. Aktivitas manusia cuma diseputar kesibukan untuk penuhi sebagian maksud itu. Mereka juga lupa kalau maksud di ciptakan manusia serta jin didunia ini hanya untuk melaksanakan ibadah, seperti firman-Nya dalam surat Adz Dzariat : 56 : “wamaa kholaqtul jinna wal insa illa liya’buduuni. ” Serta tidak Saya buat jin serta manusia tetapi untuk melaksanakan ibadah kepadaKu. Mereka lupa dalam aktivitas itu.
Lihatlah aktivitas yang berlangsung dalam semua pesta permainan olah raga level dunia seperti olimpiade umpamanya. Belum juga aktivitas terlebih dulu, serta pastinya dengan beragam kebanggaan serta keceriaan semasing tim yang diterima kehadirannya di negara semasing, merekapun sudah ancang-ancang (lakukan beragam persiapan yang tambah lebih terencana, lebih masak dengan keinginan bisa melakukan perbaikan serta peroleh prestasi yang tambah baik, supaya lebih senang sekali lagi!) untuk penuhi jadwal hari-hari selanjutnya dengan beragam aktivitas sesuai sama itu. Belum juga tim-tim permaian olah raga yang lain, yang saat ini di beberapa negara sudah terorganisir. Belum juga permainan kesenian serta hiburan, baik yang diperlombakan ataupun yang dipertontonkan (lewat festival-festival, peragaan baju, penentuan ratu sejagad, dll) lewat beragam media, media bikin, elektronik ataupun segera. Yang kesemuanya itu tidak beda hanya penuhi selera udara nafsu manusia belaka
Itulah tabiat manusia. Bahkan Al Qur’an merekam peristiwa yang mengambarkan tabiat yang mudah lalai itu, sebagaimana digambarkan Allah pada masa Rasulullah Saw saat beliau sedang berkhutbah Jum’at:
وَإِذَا رَأَوْا تِجَارَةً أَوْ لَهْوًا انفَضُّوا إِلَيْهَا وَتَرَكُوكَ قَائِمًا ۚ قُلْ مَا عِندَ اللَّهِ خَيْرٌ مِّنَ اللَّهْوِ وَمِنَ التِّجَارَةِ ۚ وَاللَّهُ خَيْرُ الرَّازِقِينَ
“Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar untuk mendatanginya dan meninggalkan engkau (Muhammad) (masih) berdiri (menyampaikan khutbah Jum’at).” (QS. Jum’ah 11)
Oleh karena itu, Allah Swt memberikan peringatan dalam surat Al Munafiqun 9:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ عَن ذِكْرِ اللَّهِ ۚ وَمَن يَفْعَلْ ذَٰلِكَ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ
“Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Siapa saja yang berbuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang merugi.”
0 komentar:
Posting Komentar